Peperangan Yom Kippur antara
Israel dan Mesir bisa memberi
gambaran betapa pentingnya rudal
pertahanan bagi satuan lapis baja. Pagi 6 Oktober 1973, setelah
Brigade lapis baja Mesir berhasil
menyeberangi Terusan Suez dan
menyapu pasukan Israel di pos
terdepan, Angkatan Udara Israel
langsung mengudara memburu satuan lapis baja Mesir. Mereka tidak
sadar rudal anti-udara Mesir sudah
menunggu di belakang satuan Lapis
baja. Ratusan pesawat Israel yang
melakukan penyerbuan rontok
dimakan SAM Mesir. Kesalahan Mesir adalah, payung
udara ini tidak terus bergerak
bersama dengan satuan lapis baja
yang terus melaju ke depan.
Akhirnya Israel menemukan celah
untuk melakukan serangan balik, mengisolasi satuan lapis baja yang
sudah menyeberangi terusan Suez
dan melakukan penghancuran. Pilih Tunguska Atau Pantsyr TNI AD pun mulai mencari sistem
persenjataan anti-udara yang bisa
melindungi kendaraan lapis baja
saat bergerak di medan
pertempuran. Untuk itu Tunguska
M1 Anti-Aircraft System milik Rusia (NATO SA-19 Grison) mulai dilirik. Tunguska M1
merupakan sistem senjata dan rudal,
untuk pertahanan udara low level,
baik untuk pesawat terbang,
helikopter maupaun sasaran darat.
Kelebihannya, persenjataan ini bisa membidik targetnya baik dalam
keadaan diam maupun saat
bergerak, dilengkapi rudal jarak jauh
serta senjata mesin, untuk
pertahanan jarak dekat. Tunguska
sudah digunakan Angkatan darat Rusia sejak tahun 1998 dan telah
diekspor ke Jerman, India, Peru,
Maroko dan Ukraina. Dengan kecepatan maksimum 900
meter/second, rudal ini mampu
membidik sasaran darat 15 meter
hingga 6 km untuk sasaran darat
dan 6 hingga 15 km untuk sasaran
udara. Tunguska juga dilengkapi dengan dua twin-barrel 30mm anti-
aircraft guns yang bisa
menyemburkan peluru 5000 butir
per menit dengan jarak 3 km untuk
sasaran udara. Untuk sasaran udara
bisa mencapai 4 km. Radar Tunguska mampu menjejak
musuh dikejauhan 18 km dan mulai
bisa tracking di jarak 16 km. Pantsyr S1
Pilihan lainnya adalah senjata sistem
pertahanan udara jarak dekat
Pantsyr-S 1 (SA-22 Greyhound).
Senjata ini lebih maut untuk
menangkis berbagai jenis senjata: pesawat tempur, helikopter, roket,
peluru kendali, precision-guided
munition hingga unmanned air
vehicles. Pantsyr juga bisa
menghantam light-armoured
ground targets. Produsen pantsyr S1 sama dengan
Tunguska M1, didisain oleh KBP
Instrument Design Bureau, di Tula
dan dirakit oleh Ulyanovsk
Mechanical Plant, Ulyanovsk, Rusia.
Pantsyr diyakini lebih akurat dibandingkan Tunguska M1,
karenasistemnya pun lebih baru.
Sistem pertahanan dan
persenjataannya dapat diaktifkan
dalam beberapa mode frekuensi dan
beroperasi pada multimode adaptive radar-optical control
system Pantsyr didisain untuk menghadapi
semua tipe target, khususnya high-
precision weapons. Pantsyr ini
dioperasikan oleh Uni Emirate Arab
sejak tahun 2007. Suriah menerima
sekitar 50 pantsyr pada tahun 2008. Jordiania juga memesannya dengan
jumlah yang dirahasiakan. Pantsyr-S1 mengusung 12 rudal
57E6 permukaan-ke-udara dengan
hulu ledak 16 kg. Rudal ini memiliki
berat 65kg dan memiliki kecepatan
maksimum 1,1 km/ detik dengan
daya jangkau 1 hingga 12 km. Dua laras senjata 2A72 30mm
dilengkapi dengan ratusan peluru
dari berbagai amunisi (HE (high-
explosive) fragmentation,
fragmentation tracer and armour-
piercing with tracer). Maximum rate of fire 2500 peluru/ menit per-laras
dengan jangkauan mencapai 4 km. Jarak deteksi sasaran 30 km dan
tracking 30km. Air defence system
ini mampu menjejak benda sebesar
2cm² hingga 3cm² untuk target
sejauh 24 km. Radar Pantsyr dapat
menjejak rudal yang sedang dalam perjalannaya menuju sasaran. Rudal ini dipasang di truk The
Ural-5323 truck 8×8 atau di
kendaraan lapis baja (tracked). Ada baiknya yang dipilih adalah
Pantsyr yang menggunakan
platform tank (roda rantai/ tracked)
agar bisa mengikuti pergerakan MBT
Leopard/ IFV Marder serta lapis baja
kavaleri lainnya. Pantysr Chasis Ural Truck 8×8
Pantysr Chasis Ural Truck 8×8 Kasus perang Yom Kippur 1973
menunjukkan, satuan pertahanan
udara Mesir tidak bisa mengikuti
kecepatan pergerakan lapis baja,
menyebabkan payung udara bagi
lapis baja bolong dan berhasil dimanfaatkan Israel. Jika ke depan TNI jadi membeli
sistem persenjataan pertahanan
udara jarak jauh seperti S-400 atau
S-300 maka Pantsyr juga bisa
melindungi S 300 tersebut. Membeli Pantsyr dan S-300 adalah
harga yang terlalu murah untuk
melindungi ratusan juta penduduk
Indonesia serta menjaga wilayah
Indonesia yang sangat luas dari
Sabang sampai Merauke beserta kekayaannya yang melimpah. Hal itu pula yang diyakini oleh
Vietnam. Meski ekonomi mereka
relatif lebih lemah dari Indonesia,
namun untuk urusan menjaga tanah
air dan rakyatnya, Alutsista nomer 1
yang mereka beli, seperti 6 KS Kilo, Frigate Gepard Class Rusia, serta 40
Rudal Pertahanan pantai Bastion-P
Yakhont (SS-N-26) anti-ship missiles
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar