Kepolisian Federal Australia (AFP) dibuat kelimpungan. Pekan
lalu, situs internet mereka tiba-tiba down.
Tidak semata AFP, Reserve Bank of Australia
juga mandek operasinya. "Kami menerima serangan di situs terbuka,
tidak terhubung dengan jaringan rahasia, tapi
ada upaya penyerangan di situs kami pagi ini,
sudah diatasi. Kami tidak yakin siapa yang
melakukannya. Tapi sedang kami selidiki,"
kata juru bicara AFP, Komisaris Polisi Tony Negus, kepada ABC, Kamis 21 November
2013. Situs AFP diserang pada Kamis pagi itu. Siang
hari baru bisa diakses lagi. Nasib sama
menimpa bank sentral Australia. Menurut juru
bicaranya, situs mereka menerima serangan
"denial of service" jam dua pagi. "Situs tidak mati, tapi mandek dan melambat
untuk beberapa pengguna," ujar juru bicara
Reserve Bank. Serangan terhadap AFP tidak berhasil
sebabkan kerusakan permanen. Pun mencuri
data-data rahasia. Setidaknya membuat polisi
Australia jengkel. Mereka mewanti-wanti
akan menyelidiki kasus ini. "Aktivitas seperti hacking, menciptakan atau
menyebarkan virus berbahaya bukanlah
kesenangan yang tidak merusak. Hal ini
memiliki konsekuensi jangka panjang yang
serius bagi seseorang, seperti data tuduhan
kriminal atau lamanya masa tahanan," kata Negus. Seorang anggota kelompok hacker
Anonymous Indonesia mengaku berada di
balik peretasan itu. Di Twitter, dilansir ABC,
menggunakan tanda pagar
#IndonesianCyberArmy, dia mengaku ini
balasan atas "aksi mata-mata oleh Australia." AFP dan bank sentral disasar "karena kami
berpikir mereka adalah situs pemerintah
paling penting di Australia". Tidak kali ini saja. Sudah sedari dua minggu
lalu hacker Indonesia serbu situs-situs
Australia. Berdalih patriotisme, sudah lebih
dari 170 situs Australia diretas. Pemantiknya
adalah terbongkarnya aksi penyadapan
Australia terhadap para petinggi negeri, termasuk Presiden SBY dan Ibu Negara. "Apa yang dilakukan negaramu terhadap
negara kami, sangat memalukan, karena
hubungan diplomatik kita sangat baik. Tapi
karena masalah mata-mata, diplomasi kita
rusak," kata Ilen Subaron, anggota kelompok
Hacker bernama Indonesian Security Down, diduga berafiliasi dengan Anonymous, dilansir
Sydney Morning Herald. Serangan awalnya dilakukan acak. Tanpa
pandang bulu. Situs-situs "tidak berdosa"
menjadi korbannya. Mulai dari situs jasa kecil-
kecilan hingga yayasan amal di-deface, atau
mengubah laman muka dengan gambar
tertentu. Salah satu pesan di wajah baru situs itu
bertuliskan, "Katakan pada pemerintahmu
untuk menghentikan segala bentuk
penyadapan ke Indonesia, atau kami akan
menghancurkan jaringan internetmu." Salah satu korban adalah situs rumah sakit di
Queensland, asosiasi kanker anak, dan
lembaga amal anti-perbudakan. Situs sekolah
dan komunitas juga jadi sasaran serangan
hacker Indonesia. Para pengurus situs ini
tidak habis pikir, mengapa mereka yang jadi korban. Serangan juga dilakukan kelompok
Indonesian Cyber Army dan Java Cyber Army.
Korban serangan mereka lainnya adalah
Yayasan Tumor Anak Australia, yang berdiri
untuk mendukung para penderita
neurofibromatosis, sebuah kelainan genetik. "Saya tidak bisa membayangkan mengapa
seseorang menyerang lembaga amal kecil.
Mungkin karena kami adalah sasaran yang
mudah," kata juru bicara yayasan ini, Lisa
Cheng. Dr Suelette Dreyfus dari University of
Melbourne mengatakan pola serangan kali ini
aneh. Pasalnya, biasanya hacker bekerja
diam-diam, namun kali ini terang-terangan
menunjukkan hasil kerja mereka. "Mereka mencoba untuk membuat bising dan
cari pengakuan. Banyak hacker yang bekerja
dengan sangat diam-diam, kau tidak tahu
bahwa mereka ada di sana. Jelas hal ini tidak
ditemui dalam kasus ini," kata Dreyfuss. Anonymous Indonesia dalam Twitternya
membantah terlibat peretasan situs-situs
amal di Australia. Ketika ditanya mengapa
mereka meretas situs sipil, bukannya milik
pemerintah, mereka membantahnya. "Bukan kami. Itu adalah dampak dari konflik.
Hacker acak meretas situs acak," tulis akun
@anon_indonesia yang memiliki lebih dari
38.000 follower. Indonesia teratas Hacker Indonesia sempat sukses mengacak-
acak situs agen intelijen Australia ASIS
(Australian Secret Intelligence Service) dan
ASIO (Australian Security Intelligence
Organisation). Untuk penyerangan kali ini,
dilansir The Australia, kelompok Anonymous Indonesia mengaku berada di belakangnya. Serangan makin gencar. Anonymous
melumpuhkan situs ASD (Australian Signals
Directorate), badan intelijen Australia. Target
makin meluas. Anonymous Indonesia
melumpuhkan situs Departemen Pertahanan
Australia, yang beralamat di defence.gov.au. Serangan dari para hacker “cap garuda” ini
adalah gempuran hacker ketiga yang terjadi
di Asia Pasifik dalam sepekan terakhir. Selain
Australia, pemerintah Singapura dan Filipina
juga cukup direpotkan oleh ulah para
pengacau di dunia maya ini. Singapura dihantam lantaran pemerintahnya
akan menerapkan internet berizin. Disinyalir,
peraturan baru ini akan memberangus
kebebasan berselancar di dunia siber.
Sementara Filipina diserang karena
pemerintahnya dianggap tidak becus mengurus rakyat pada saat bencana. Kebanyakan serangan ini berasal dari hacker
China. Namun jumlah serangan dari Indonesia
juga tidak kalah banyaknya. Menurut survei
perusahaan keamanan Amerika Serikat,
Akamai, jumlah serangan dari China dan
Indonesia berada di ranking teratas pada daftar 177 negara dengan serangan internet
terbanyak. China berada di posisi satu pada kuartal
pertama 2013, namun serangannya menurun
menjadi 34 persen dari 41 persen pada akhir
2012. "Penurunan China disebabkan
kemunculan mendadak dari Indonesia yang
menempati posisi kedua," kata juru bicara Akamai, Bill Brenner. Serangan Indonesia meroket menjadi 21
persen, pada di kuartal sebelumnya
tengkurap di angka 0,7 persen. Amerika Serikat di posisi ketiga dengan 8,3
persen porsi serangan. Ranking berikutnya
ditempati hacker Turki, Rusia, India, Taiwan,
Brasil, Rumania dan Hong Kong. "Kami
menemukan 68 persen serangan berasal dari
wilayah Asia Pasifik/Oceanie, meningkat dari 56 persen di kuartal keempat tahun 2012,
kemungkinan karena peningkatan serangan
di Indonesia," kata Brenner.(np)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar