Pencarian

News Update :

Translate

Penembakan Densus 88 di Ciputat Hanya Dramatrikal

Jumat, 03 Januari 2014

1. DPR : Kalau Mau Tembak Mati
Semua Terduga Teroris Tak Perlu
13 Jam
Wakil Ketua Komisi I DPR Tubagus Hasanuddin mengritik
operasi penyergapan kelompok
teroris di Ciputat.
Hasanudin juga meminta Polri
menjelaskan penembakan yang
menyebabkan enam terduga teroris itu meninggal dunia.
"Publik perlu tahu modusnya.
Polri harus menjelaskan kenapa
mereka dibunuh semua. Ataukan
ini hanya trik saja karena
Presiden SBY pernah menyatakan bahwa akhir tahun dan
menjelang pemilu akan banyak
konflik," katanya di Jakarta, Kamis
(2/1/2014).
Ia mengatakan, seharusnya polisi
menangkap hidup-hidup para terduga teroris untuk
penyelidikan dan pengungkapan
kelompok-kelomp ok teroris. Hasanuddin juga menyebut polisi
tidak menggunakan cara yang
efesien dan efektif dalam
menyergap terduga teroris.
"Dalam finishing eksekusi perlu
dipertanyakan masyarakat, mengapa pengepungan itu bisa
lama sampai 13 jam. Kan teknis
penyergapan sudah modern,
misalnya pakai gas air mata, alat
deteksi robot, atau dengan alat
lain. Artinya, Polri itu bisa menangkap hidup-hidup, tidak semua mati,"
katanya.
"Kalau mau tembak semua,
hancurkan saja semua ditempat.
Tidak perlu butuh waktu lama hingga 13 jam,
cukup 5 jam saja," kata jenderal
purnawirawan TNI Angkatan
Darat itu.
Sebelumnya, pada malam
pergantian tahun Rabu (1/1/2014) dini hari,
Densus 88 telah menembak mati 6 orang
yang mereka tuduh sebagai
teroris. Tidak sebentar,
pembantaian terhadap enam
orang terduga teroris itu memerlukan waktu
13 jam lamanya.
"Yang tewas enam orang, satu
ditangkap di Banyumas," kata
Kepala Biro Penerangan
Masyarakat Divisi Humas Mabes Polri Brigjen
Pol Boy Rafli Amar di Jakarta, Rabu (1/1/2014) seperti
dikutip ANTARA.
Boy menyebutkan, terduga
teroris yang tewas tertembak
bernama Daeng alias Dayat atau Hidayat,
Nurul Haq alias Dirman, Oji alias Tomo, Rizal alias Teguh,
Hendi, Ujuh Edo alias Amril.
___***___
2. Neta S Pane ( Ketua Presidium
Indonesia Police Watch/ IPW) Membunuh Mati
Terduga Teroris di Ciputat untuk Membungkam
Rekayasa Teroristainment BNPT Memang sangat menarik untuk
dianalisa penggerebakan teroris
di Ciputat kemarin, yang
kemudian berlanjut ke Banyumas
dan Rempoa. Menariknya
penggerebekan ini dilakukan dalam suana malam Tahun baru.
Seolah polri ingin membangun
suasana dramatis, sehingga isu
penggerebekan teroris ini ibarat
adegan sinetron. Memang patut
dipertanyakan, ada apa di balik penggerebekan teroris, kok
selalu dilakukan di bulan
Desember.
Padahal kalau polri mau, kapan
saja para teroris itu bisa
ditangkap. Sebab data-data sejumlah terduga teroris tersebt
sudah diketahui polri dan
tempat-tempat
persembunyiaann ya sudah lengkap di tangan polisi.
Sepertinya penangkapan teroris
di setiap desember menjadi
agenda sibuk Densus 88. Modus
ini, hampir sama dengan
penggerebekan pabrik-pabrik narkoba. IPW berharap kondisi ini
dicermati polri, jangan sampai
ada kesan bahwa kalau ada
kepentingan tertentu polisi
dengan cepat menggereknya.
Kepentinganwyg dimaksud disini adalah isu teroris tersebut
sempat disinggung
singgungwpresid en SBY, yang mengatakan menjelang natal dan
tahun baru akan ada ancaman
teroris.
Fakta ini menunjukkan
sesungguhnya patut diduga
mereka (pemerintah) sebenarnya sudah tau tentang keberadaan
(terduga -red) teroris tersebut.
Jadi, kalau mau serius kapan saja
bisa menggerebeknya.
Tapi yg terjadi dilakukan
penggerebekan di malam tahun baru sehingga muncul kesan
dramatis yg melahirkan kesan
teroristaiment yg sarat dengan
kepentingan tertentu, yakni
pencitraan pemerintah.
Lalu siapa yg bisa membuktikan kalau orang- orang yg disebut
sebagai teroris itu sebagai
penembak polisi, wong
keenamnya sudah mati ditembak
polisi.
Dan penembakan Nurul dan Hendi bukan mustahil untuk
membungkam semua keanehan
tersebut, setidaknya agar
keduanya tidak buka suara di
pengadilan.
Share this Article on :

0 komentar:

Posting Komentar

 

© Copyright Arek Japan Kulon 2010 -2011 | Design by Bukan Gagal Maksud | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com.