Kemarahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ternyata memang tidak berpengaruh ke harga bahan pangan di pasaran. Bahkan, kenaikan harga bahan pangan semakin tak terkendali.
Harga cabe rawit merah kembali meroket tajam. Tak tanggung-tanggung, di Kota Bekasi, harga kebutuhan pokok ini mencapai Rp 120.000 per kilogramnya. Naik empat kali lipat dari sebelumnya yang ada di kisaran Rp 28.000-30.000.
"Ini pindah harga mas, bukan naik lagi. Masak naiknya tinggi amat," kata Dimas (35) pedagang sayur di Pasar Baru, Kota Bekasi, Selasa (16/07).
Dimas mengatakan, kenaikan harga itu sudah terjadi sejak sepekan lalu. Menjelang Ramadan, harga cabe rawit merah berkisar di Rp 45.000 per kilogramnya. Namun, setiap hari harga tersebut terus mengalami kenaikan.
"Harga Rp 45.000 di awal Ramadan itu sudah naik, sebenarnya harga normal cabe rawit merah itu berkisar di Rp 28.000-30.000," ungkapnya.
Dia mengaku, tak tahu pasti penyebab kenaikan harga cabe dan sejumlah bahan kebutuhan lainnya. Kenyataan di lapangan, kata dia, pasokan cabe dari Jawa Tengah dan daerah lainnya memang mengalami penurunan dibanding hari biasa.
"Yang jelas, pembeli semakin menurun. Karena mahalnya harga," ujarnya.
Sementara itu, warga Bekasi Anita Puspita (26) mengatakan, kenaikan harga cabe memang sudah tak wajar. Dia mengaku, jika membeli cabe di warung eceran, harganya mencapai Rp 8.000. Itupun hanya mendapatkan tujuh buah cabe dengan ukuran variatif.
"Sementara tidak konsumsi cabe rawit merah dulu. Ini beli yang terakhir, sama aja beli satu biji harganya Rp 1.000. Mending belanja cabe rawit hijau aja, harganya masih murah meski agak naik sedikit," ungkapnya.
Anita mengatakan, berharap pemerintah segera turun tangan untuk mengatasi lonjakan harga cabe di pasaran yang semakin tak terbendung lagi. Pemerintah harus bisa menstabilkan kembali, sebab tak menutup kemungkinan menjelang Lebaran harga berpotensi kembali naik bila tak diantisipasi.
"Secepatnya pemerintah harus segera turun tangan menyiasati lonjakan harga ini. Bisa saja ini permainan spekulan, dengan memanfaatkan momen Ramadan dan Lebaran," katanya.
Tiga instansi kementerian/lembaga tak bisa mengelak lagi. Menteri perdagangan Gita Wirjawan, Menteri Pertanian Suswono dan Kepala Bulog Sutarto Alimoeso terkena 'semprot' presiden karena tak mampu mengendalikan kenaikan harga daging sapi dan komoditas pangan lainnya.
"Daging sapi, instruksi saya sudah jelas. Wapres dan menko perekonomian juga sudah jelas tapi implementasinya lama. Sodara lihat pasar tidak?" sindir SBY saat memberi pidato dalam rapat terbatas di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Sabtu (13/7).
Tapi, bukan kali pertama SBY marah karena lambannya kinerja anak buahnya mengatasi melonjaknya. SBY pernah memarahi Menteri Pertanian Suswono dan Menteri Perdagangan Gita Wirjawan karena harga bawang tak terkendali. Alasannya sama, dua anak buahnya itu tidak sigap mengatasi lonjakan harga.
Menteri Pertanian Suswono mengakui adanya kesalahpahaman dengan SBY. Suswono mengklaim telah berupaya secepat mungkin mengupayakan stabilitas harga daging sapi di pasaran. Suswono menegaskan telah menjelaskan masalah tersebut dalam rapat terbatas lalu.
"Itu sudah saya jelaskan pada saat rapat kemarin. Itu ada missed saja," ujar dia di Jakarta, Senin (15/7).
Setelah kemarahan SBY ini, nampaknya para menteri tersebut belum merubah kinerjanya. Pasalnya, menteri perdagangan dan menteri pertanian justru berselisih paham terhadap akar masalah tingginya harga daging.
Menteri Pertanian Suswono melihat, fenomena tingginya harga bahan pangan semata-mata bukan karena kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) tapi lebih mengarah ke aksi spekulan-spekulan yang memanfaatkan momen tersebut. Namun, pandangan ini sempat ditepis oleh Menteri Perdagangan Gita Wirjawan yang sangat yakin tidak ada aksi spekulan.
"Jadi sebetulnya, yang ada ini stoknya cukup. Jadi kan, atas nama kenaikan BBM, lalu kemudian, dia (spekulan) manfaatkan peningkatan yang tidak wajar dan memberatkan konsumen kan. Mudah-mudahan ada operasi pasar yang bisa kurangi harga," ujar Suswono.
Namun Wakil Ketua DPR Pramono Anung menilai kemarahan SBY tak ada gunanya. Buktinya setelah SBY marah, harga-harga tidak kembali turun bahkan ada yang naik lagi. "Saya melihat para menterinya tidak sama sekali memberikan solusi," kata Pramono di Gedung DPR, Selasa (16/7).
Dia melihat, kebanyakan menteri yang ada di Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) hanya mementingkan kepentingan pribadinya yaitu sukses di pemilu 2014. "Kalau terus begini kan sama saja kalau mereka tidak menyukseskan negara ini nanti rakyat yang akan beri hukuman," ujarnya.
0 komentar:
Posting Komentar