Pencarian

News Update :

Translate

Sekelumit Kisah Rista Fransiska, Korban Pembunuhan Sadis di Ponorogo - “Cabut Nyawaku Sekarang Tuhan”

Kamis, 25 Juli 2013



Siapa sangka, Rista Fransiska, 17, gadis remaja pendiam itu ditemukan sudah tak bernyawa. Warga yang mengenalnya pun sangat terkejut atas kematiannya. Banyak orang geleng-geleng kepala, tak menyangka si pandai komputer dan bahasa Inggris itu harus tewas secara tragis di tangan pembunuh sadis pada Jumat (13/7) malam.

“Rista memang pendiam. Pulang sekolah, ia biasanya langsung masuk ke kamar dan berkutat dengan laptopnya,” kata Linda, salah satu tetangga Rista. Sebagai siswa jurusan Multimedia di SMKN 1 Ponorogo, kecakapannya utak-atik komputer tak perlu diragukan. Linda membuktikannya saat dia terpaksa meminta tolong kepada Rista ketika tak bisa menghubungkan laptop miliknya dengan layanan internet salah satu operator. “Perintahnya rumit dan membingungkan, tapi jadi hal yang kecil bagi Rista,” ucap Linda.

Rista adalah siswa berprestasi. Kepala SMKN 1 Ponorogo Mustari pun mengakuinya. Apalagi, Rista pernah mengharumkan nama sekolah dengan menjuarai Olimpiade Bahasa Inggris tingkat Kabupaten Ponorogo. “Sangat disayangkan, kami jelas sangat kehilangan,” kata Mustari. Bagi sebagian besar warga, tewasnya Rista menjadi gambaran sebuah keluarga broken home.

Sejak masuk kelas 1 SMP 2 Kauman, Ponorogo, Rista tak lagi tinggal di rumah orang tuanya. Anak pasangan Toni dan Fatimah ini memilih menjadi salah satu penghuni rumah Katijan dan Mbok Bo, tetangga selisih empat rumahnya. Ia hanya pulang ke rumah Toni yang juga rumah kakeknya, Sunar, bila dipanggil oleh ayahnya atau kakeknya. Bila urusan selesai, ia kembali ke rumah Katijan dan Mbok Bo.

“Ayahnya yang suka mabukmabukan dan ibunya yang menjadi TKW di Singapura sejak lima tahun lalu membuat Rista memilih tinggal di rumah tetangga yang sudah dianggapnya saudara,” kata Suharjono, salah satu tetangga Rista. Rista memang pendiam. Namun ia terlihat sering bergonta-ganti pacar. Tak banyak bukti atas tingkahnya ini. Hanya saja tetangga sekitar sering melihat Rista meninggalkan rumah Katijan dengan dijemput lelaki yang berbeda-beda.

“Sekali waktu dengan yang pakai Honda Beat, sekali waktu Vario. Besoknya lagi dengan lakilaki yang naik Yamaha Vixion. Kami tidak sempat tahu siapa saja, sebab hanya memutar dan langsung pergi tanpa melepas helm atau menyapa kami,” kata tetangga lain yang enggan disebut namanya. Jumat (13/7) malam itu, ia meninggalkan rumah usai waktu berbuka. Tak seperti biasa, menyusur malam menjelang azan Isya ia berjalan sendiri keluar rumah Katijan menuju jalan raya.

Seorang warga sempat menyapanya dan Rista mengaku ingin jalanjalan saja. Dengan baju putih berlengan besar polkadot, ia menapaki jalan. Jaket merahnya masih disampirkan begitu saja di bahunya. “Dia jalan malam itu. Jadi tidak ketahuan siapa yang menjemput Rista. Mungkin karena itu sampai sekarang (kemarin) pelaku pembunuh Rista belum terungkap,” kata warga lain di rumah duka Rista. Kepergiannya malam itu sangat mungkin berbalut kalut yang tak terkira.

Sebuah foto di akun facebook-nya memperlihatkan ekspresi rindunya terhadap seseorang. Ia memotret sendiri gumpalan darah dari sayatan membentuk huruf-huruf berbunyi ‘KANGEN’ di lengan kirinya. Di status facebookakhirakhir ini, ia jelas menyebut kata kangen. Entah kepada siapa ia memagut rindunya. Ibunya yang sedang merantau atau kepada ayah jabang bayi yang sedang dikandungnya.

“Tulisan itu dibuatnya sendiri di lengannya,” kata Linda yang mengaku melihat bekas sayatan itu beberapa hari setelah Rista mengunggah foto darah ‘KANGEN’ itu. Rizta Fransiska Sii Iblis Jelita (Angel Rose) juga jelas sedang gundah dalam banyak statusnya di akun facebook-nya. Berat atau ringan, tidak ada yang tahu. Yang pasti ia sedang mencoba merasakan hikmah dari semua persoalan yang dihadapinya.

Sebuah ikon senyum terpasang di status yang bernada penguatan terhadap kondisi yang dihadapinya. Linda mengaku merasakan tanda-tanda aneh dari Rista beberapa hari sebelum almarhum meninggal. Ia selalu memakai baju putih polkadot. Sekilas, mungkin hal ini sebagai caranya menyembunyikan kehamilan yang telah mencapai lima bulan yang disusul perubahan bentuk tubuhnya. “Dia juga telah pamit ke saya untuk pergi jauh. Ke Bali katanya. Bahkan ia meminta saya me-logoutakun facebooknya yang nyala di laptop saya,” kata Linda.

Di satu kesempatan ia memasang sebuah foto yang tak lazim di halaman facebooknya. Dalam foto yang mungkin sebuah edit grafis tersebut jelas tertulis “Cabut Nyawaku Sekarang Tuhan :’(”. Mungkin saja kalimat dalam foto ini adalah sebuah canda, namun ternyata mirip doa. Kalimat itu pun terwujud. Jumat malam, kala warga yang lain sedang berselimut nikmat ibadah tarawih, ia harus meregang nyawa di tangan pembunuh dan melewati proses kematian yang sangat sadis.koran sindo
Share this Article on :

2 komentar:

Dili Istimora Eyato mengatakan...

sedih.....

Unknown mengatakan...

gak cuma mengatakan tapi merasakannya juga sedih

Posting Komentar

 

© Copyright Arek Japan Kulon 2010 -2011 | Design by Bukan Gagal Maksud | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com.