Pencarian

News Update :

Translate

KRI Usman Harun Sanggup Ratakan Singapura Dalam Waktu 10 Detik

Senin, 24 Februari 2014




Korvet terbaru TNI AL, KRI
Usman-Harun-359 yang segera
datang dari galangan kapal di
Scouton, Glasgow, bikin
hubungan pertahanan dan militer
Indonesia dan Singapura tak lagi
mesra. Singapura ingin nama KRI
Usman-Harun diganti saja karena
menyakiti perasaan mereka.
Usman Haji Mohamed Ali dan
Harun Said adalah dua anggota
Korps Komando Operasi atau KKO
—kini Marinir—TNI AL yang
melakukan pengeboman di Mac
Donald House, Orchard Road,
Singapura saat Indonesia
berkonfrontasi dengan Malaysia,
tahun 1962-1966. Saat itu
Singapura masih bagian dari
Malaysia.

Sebagai wujud protes itu,
Singapura mencabut undangan
delegasi petinggi Kementerian
Pertahanan dan TNI untuk turut
dalam dialog pertahanan di sela
Singapore Air Show 2014. Namun,
Indonesia—dalam hal ini TNI AL,
Markas Besar TNI, dan
Kementerian Pertahanan—tida k
menanggapi “aspirasi” Singapura
itu.

“Jika KRI Usman-Harun-359
berada 25 mil laut dari perairan
kedaulatan Singapura, maka
peluru kendali buatan Prancis
berkecepatan suara itu perlu
waktu kurang dari 10 detik untuk
mengenai sasaran di negara
pulau itu sejak diluncurkan dari
tabung peluncurnya di kapal.”
KRI Usman-Harun-359 sejatinya
hanya salah satu dari 3 korvet
terbaru TNI AL, di samping KRI
Bung Tomo-357 dan KRI John
Lie-358. Ke-3 korvet baru TNI AL
itu dinilai Kantor Berita Antara,
Rabu (12/2/2014), memang
menyimpan potensi yang
menggetarkan lawan di perairan
kedaulatan Tanah Air.
Kapal yang semula dipesan
Angkatan Laut Kesultanan Brunei
Darussalam namun tak diterima
karena negara mungil tersebut
tak punya cukup personel untuk
menggawakinya itu, dilengkapi
dengan persenjataan sedikit di
atas kelas korvet biasa.

Galangan
kapal di Scouton, Glasgow, ini
menempatkan ketiga kapal
perang pesanan Brunei
Darussalam itu pada kelas
Corvette Offshore Patrol alias
korvet patroli lepas pantai.

Data tertulis dari galangan kapal
pembangun, dinyatakan kapal
perang itu memiliki satu meriam
Oto Melara 76 mm, dua meriam
MSI Defence DS 30B REMSIG 30
mm dan peluncur tripel torpedo
BAE Systems 324 mm untuk
perang atas air dan bawah air.
Ada pula 16 tabung peluncur
peluru kendali permukaan-ke-ud
ara VLS MBDA MICA (BAE Systems),
dua set 4 tabung peluncur peluru
kendali MBDA (Aerospatiale)
MM-40 Block II Exocet.

Dua sistem arsenal inilah yang
cukup mengganggu pertahanan
lawan alias musuh, apakah itu
dari udara ataupun permukaan
laut. Sistem persenjataan bawah
laut ke-3 kapal itu pun cukup
mampu menggetarkan lawan
hingga jarak sejauh 50 km dari
titik peluncuran.
Untuk keperluan perang modern
masa kini, apalah artinya senjata-
senjata cukup canggih tanpa
sistem penjejakan dan sensor-
sensor yang juga mumpuni?
Karena itulah BAE System
Maritime-Naval Ships melengkapi
ke-3 kapal perang eks pesanan
Angkatan Laut Kesultanan Brunei
Darussalam itu dengan pengarah
senjata elektro-optik Ultra
Electronics/ Radamec Series
2500, radar penjejak I/J-band BAE
Insyte 1802SW I/J-band, radar
navigasi Kelvin Hughes Type 1007,
radar Thales Nederland Scout, dan
penangkal serangan Thales
Sensors Cutlass 242

Untuk keperluan perang bawah
air dari serbuan dan intipan kapal
selam, kapal-kapal perang ini
dilengkapi pula dengan radar
berbasis sonar di lambung Thales
Underwater Systems TMS 4130C1,
radar permukaan dan udara E-
band dan F-band BAE Systems
Insyte AWS-9 3D. Inilah salah satu
sebab personel pengawaknya
cukup banyak.
Dengan karakter korvet yang
cukup “mini” namun cukup sarat
persenjataan, kapal perang
berbobot kosong hampir 2.000
ton ini pas untuk keperluan
patroli jarak dekat-menengah dan
kawal-sergap. Apalagi
kecepatannya cukup mumpuni,
yaitu hingga 30 knot per jam
berkat dorongan empat mesin
diesel MAN B&W/ Ruston yang
memancarkan tenaga total 30,2
MegaWatt dari 2 poros baling-
balingnya.
Di atas kertas, sekali pengisian
penuh bahan bakar dan
logistiknya, jarak tempuhnya pada
kecepatan ekonomis 12 knot per
jam adalah 5.000 mil laut. Kalau ini
benar-benar diterapkan, maka
jarak Sabang-Merauke bisa dia
layari dalam 18 hari berlayar.
Dengan perhitungan jarak
tempuh peluru kendali MM-38
Block III Exocet menjangkau 180
km, maka jarak 5.000 mil laut alias
9.000 km darat itu memerlukan
50 titik peluncuran peluru kendali
secara simultan. Itu berarti, jika
KRI Usman-Harun-359 berada 25
mil laut dari perairan kedaulatan
Singapura, maka peluru kendali
buatan Prancis berkecepatan
suara itu perlu waktu kurang dari
10 detik untuk mengenai sasaran
di negara pulau itu sejak
diluncurkan dari tabung
peluncurnya di kapal.
Share this Article on :

0 komentar:

Posting Komentar

 

© Copyright Arek Japan Kulon 2010 -2011 | Design by Bukan Gagal Maksud | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com.