Pencarian

News Update :

Translate

Masuk Kantong Tim Sukses caleg

Minggu, 09 Februari 2014



KOTA – Dugaan menguapnya dana bansos hibah jamaah yasin Rp 72,5 juta di Kelurahan Tonatan, Ponorogo semakin gelap. Mendadak, sejumlah kelompok mendatangi satu persatu kelompok yasin untuk meminta tanda tangan penerimaan baju seragam. Sedikitnya empat kelompok menolak menandatangani proposal tersebut. ‘’Mereka takut nanti ada buntutnya,’’ ungkap Cipto, warga RT 2/1 Kelurahan Tonatan, kepada Jawa Pos Radar Ponorogo kemarin (7/1).
Pria yang juga donatur jamaah yasin Al Qhoiro itu mengatakan banyak kejanggalan pada penerimaan bansos tersebut. Sejak mencuat di media masa, tiba-tiba Kamis (6/2) malam beberapa orang mendatangi sejumlah kelompok yasin dan menawarkan bahan seragam yasinan. Namun karena beberapa alasan kelompok menolaknya. ‘’Alasannya banyak, tapi yang jelas kelompok menolak karena merasa tidak pernah mengajukan bantuan seragam,’’ ujarnya.
Alasannya antara lain, karena takmir tidak pernah diajak rembugan. Kemudian, proposal dibuat dan diajukan oleh sekelompok orang dan bukan dari jamaah atau internal takmir. Kelompok juga menolak menandatangani berkas penerimaan lantaran barang yang dimaksud tidak ada. ‘’Bagaimana bisa ditandatangani, barangnya saja tidak ada,’’ ungkapnya.
Penolakan juga dilakukan pengurus kelompok, lantaran yang mengurus proposal dan menerima dana bansos hibah merupakan salah satu anggota tim sukses caleg asal kelurahan tersebut. Sehingga, kelompok tidak mau berurusan dengan panitia khawatir ada tendensi politik. ‘’Lucunya lagi, setelah kami cari informasi kelompok-kelompok yasin itu ternyata tidak tahu kalau kelompok mereka itu tercatat sebagai penerima bansos,’’ jelasnya.
Cipto juga menemukan banyak kejanggalan dalam penerimaan bansos tersebut. Salah seorang anggota takmir Al Qhoiro, kata Cipto diminta menandatangani berkas proposal tetapi tidak tahu jika proposal itu untuk mengajukan bansos seragam. Kejanggalan lain, bansos hibah variatif mulai Rp 2,5 juta hingga Rp 7,5 juta itu diterimakan dalam bentuk uang melalui rekening masing-masing kelompok.
Bukan melalui orang lain dan diterimakan dalam bentuk bahan. ‘’Jadi penggunaan dana bansos, sepenuhnya dilakukan masing-masing kelompok. Kemudian jika sudah dibelanjakan, kelompok bersangkutan membuat pertanggungjawaban dan diserahkan ke keuangan (DPPKAD) pemkab,’’ paparnya.
Dikonfirmasi terpisah, Lurah Tonatan Suroso menjelaskan pada 2012 lalu ada sedikitnya 15 kelompok yasin, karang taruna dan lingkungan musala ataupun masjid mengajukan proposal untuk ditandatangani. Proposal itu akan disodorkan ke pemkab untuk meminta dana bansos hibah tahun 2013. ‘’Saya memang ikut menandatangani proposalnya, tapi saya kan tidak tahu dananya cair atau belum. Kelompok kan tidak laporan, saat mengajukan tahun 2012 lalu juga dari masing-masing kelompok,’’ imbuhnya.
Supaya tidak berlarut-larut, Suroso kemarin meminta keterangan dua pengurus kelompok yasin yang disanterkan belum menerima bantuan. Namun setelah dicek, kedua kelompok mengaku sudah menerima tapi baru akan membagikan seragam itu Kamis (6/2) malam bersamaan dengan pertemuan kelompok yasin. ‘’Sudah saya cek, dan saya sudah meminta kuitansi dan nomor rekening kelompok,’’ kilahnya.
Terkait keresahan warganya tentang adanya tendensi salah satu tim sukses caleg yang memanfaatkan momen tersebut Suroso mengaku tidak tahu menahu. Sebagai lurah, dia ingin bersikap netral. ‘’Saya berusaha di tengah-tengah dan tidak memihak siapa pun,’’ tegasnya. (rgl/sat) sumber: radar madiun.info
Share this Article on :

0 komentar:

Posting Komentar

 

© Copyright Arek Japan Kulon 2010 -2011 | Design by Bukan Gagal Maksud | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com.