KOTA
– Dugaan menguapnya dana bansos hibah jamaah yasin Rp 72,5 juta di
Kelurahan Tonatan, Ponorogo semakin gelap. Mendadak, sejumlah kelompok
mendatangi satu persatu kelompok yasin untuk meminta tanda tangan
penerimaan baju seragam. Sedikitnya empat kelompok menolak
menandatangani proposal tersebut. ‘’Mereka takut nanti ada buntutnya,’’
ungkap Cipto, warga RT 2/1 Kelurahan Tonatan, kepada Jawa Pos Radar
Ponorogo kemarin (7/1).
Pria yang juga donatur jamaah yasin Al
Qhoiro itu mengatakan banyak kejanggalan pada penerimaan bansos
tersebut. Sejak mencuat di media masa, tiba-tiba Kamis (6/2) malam
beberapa orang mendatangi sejumlah kelompok yasin dan menawarkan bahan
seragam yasinan. Namun karena beberapa alasan kelompok menolaknya.
‘’Alasannya banyak, tapi yang jelas kelompok menolak karena merasa tidak
pernah mengajukan bantuan seragam,’’ ujarnya.
Alasannya antara lain, karena takmir
tidak pernah diajak rembugan. Kemudian, proposal dibuat dan diajukan
oleh sekelompok orang dan bukan dari jamaah atau internal takmir.
Kelompok juga menolak menandatangani berkas penerimaan lantaran barang
yang dimaksud tidak ada. ‘’Bagaimana bisa ditandatangani, barangnya saja
tidak ada,’’ ungkapnya.
Penolakan juga dilakukan pengurus
kelompok, lantaran yang mengurus proposal dan menerima dana bansos hibah
merupakan salah satu anggota tim sukses caleg asal kelurahan tersebut.
Sehingga, kelompok tidak mau berurusan dengan panitia khawatir ada
tendensi politik. ‘’Lucunya lagi, setelah kami cari informasi
kelompok-kelompok yasin itu ternyata tidak tahu kalau kelompok mereka
itu tercatat sebagai penerima bansos,’’ jelasnya.
Cipto juga menemukan banyak kejanggalan
dalam penerimaan bansos tersebut. Salah seorang anggota takmir Al
Qhoiro, kata Cipto diminta menandatangani berkas proposal tetapi tidak
tahu jika proposal itu untuk mengajukan bansos seragam. Kejanggalan
lain, bansos hibah variatif mulai Rp 2,5 juta hingga Rp 7,5 juta itu
diterimakan dalam bentuk uang melalui rekening masing-masing kelompok.
Bukan melalui orang lain dan diterimakan
dalam bentuk bahan. ‘’Jadi penggunaan dana bansos, sepenuhnya dilakukan
masing-masing kelompok. Kemudian jika sudah dibelanjakan, kelompok
bersangkutan membuat pertanggungjawaban dan diserahkan ke keuangan
(DPPKAD) pemkab,’’ paparnya.
Dikonfirmasi terpisah, Lurah Tonatan
Suroso menjelaskan pada 2012 lalu ada sedikitnya 15 kelompok yasin,
karang taruna dan lingkungan musala ataupun masjid mengajukan proposal
untuk ditandatangani. Proposal itu akan disodorkan ke pemkab untuk
meminta dana bansos hibah tahun 2013. ‘’Saya memang ikut menandatangani
proposalnya, tapi saya kan tidak tahu dananya cair atau belum. Kelompok
kan tidak laporan, saat mengajukan tahun 2012 lalu juga dari
masing-masing kelompok,’’ imbuhnya.
Supaya tidak berlarut-larut, Suroso
kemarin meminta keterangan dua pengurus kelompok yasin yang disanterkan
belum menerima bantuan. Namun setelah dicek, kedua kelompok mengaku
sudah menerima tapi baru akan membagikan seragam itu Kamis (6/2) malam
bersamaan dengan pertemuan kelompok yasin. ‘’Sudah saya cek, dan saya
sudah meminta kuitansi dan nomor rekening kelompok,’’ kilahnya.
Terkait keresahan warganya tentang
adanya tendensi salah satu tim sukses caleg yang memanfaatkan momen
tersebut Suroso mengaku tidak tahu menahu. Sebagai lurah, dia ingin
bersikap netral. ‘’Saya berusaha di tengah-tengah dan tidak memihak
siapa pun,’’ tegasnya. (rgl/sat) sumber: radar madiun.info
0 komentar:
Posting Komentar