SEHARI DAPAT SETORAN RP 800 RIBU
Odong-Odong ternyata bisnis yang manis. Padahal semula dipandang bisnis ini sebelah mata. Inilah cerita cerita pembuat sekaligus juragan odong-odong.
Sebuah bengkel yang terselip di antara warung dan rumah petak di kawasan Percetakkan Negara, Jakarta Pusat, tampak sibuk. Dikelilingi debu jalanan sempit yang ramai, beberapa orang tengah mengelas sebuah rangka kereta kuda. Oleh sang pemilik bengkel Mulyadi (37), kereta mungil itu disebut andong. Masyarakat menyebutnya odong-odong.
Mulyadi mengawasi pekerjaan karyawan yang berjumlah sepuluh orang. Ia juga tampak puas melihat beberapa kereta yang sudah hampir selesai dicar warna-warni.
Kereta mungil yang dikenal dengan nama odong-odong itu sebagian sudah terlihat bentuknya. Beberapa kereta lainnya bahkan sudah hampir selesai di cat warna-warni yang sangat menyolok mata. "Kami sedang menyiapkan pesanan 30 unit andong untuk dikirim ke Manado," kisah pria berkumis ini.
Usaha yang dirintis Mulyadi, saat ini boleh dibilang tengah naik daun. Lihat saja di beberapa kompleks perumahan di Jakarta, odong-odong selalu terlihat. Anak-anak begitu senang naik odong-odong, diiring lagu anak dari suara tape yang dipasang di kereta itu.
Anak ke-10 dari 12 bersaudara ini tak menduga bakal jadi pengusaha odong-odong. Awalnya, ia keliling Jakarta menjajakan gordin. Namun, tahun 2003 usahanya tidak jalan. "Akhirnya, saya mencoba usaha baru yaitu membuat andong atau odong-odong ini," katanya.
Mulyadi mengiaku tak tahu siapa yang pertama kali memulai usaha membuat odong-odong. Yang ia tahu, mainan ini disebut andong karena semua mainan ini menggunakan kuda-kudaan dari kayu seperti delman. "Sekarang saya malah enggak tahu kenapa disebut odong-odong. Mungkin mengambil nama dari andong dan kedengarannya juga enak," kata bapak tiga anak ini.
BUAT BERBAGAI MODEL
Diceritakan Mulyadi, tahun 1990 ia merantau ke Jakarta. Apa saja dikerjakan untuk menyambung hidup. Mulai dari jualan barang elektronik sampai menjadi sopir truk. "Apa saja saya lakukan untuk menghasilkan uang secara halal. Makanya tak aneh bila sekarang saya mencoba usaha ini," jelas pria kelahiran Pelabuhan Ratu, Sukabumi itu.
Ide usaha ini dikatakan Mulyadi, berawal ketika ia melihat mainan anak-anak di mal. Hanya saja mainan di mal iru harganya mahal. "Saya mencoba membuat mainan sejenis, tapi harganya enggak semahal di mal. Kebetulan, saya pernah melihat orang membuat usaha ini."
Sejak itu, Mulyadi mulai menyusun konsep membuat andong. Hanya saja, ia tidak punya acuan. Akhirnya, ia mencoba-coa membuat sendiri. "Ternyata berhasil. Setelah ketemu cara pengoperasiannya, saya membuat satu andong."
Di masa tahap uji coba, "Modal yang saya keluarkan tidak terlalu besar. Untuk membuat satu andong, saya mengeluarkan dana sekitar Rp 1 juta. Awalnya, sih, bentuknya kurang bagus. Tapi, saya enggak putus asa."
Andong hasil karyanya diuji-coba. Mulyadi membawa sendiri ke perumahan. Tak diduga, andong buatannya menarik perhatian banyak anak. Mereka langsung ingin menjajal nikmatnya naik odong-odong. "Hasilnya lumayan. Sehari saya mengumpulkan uang sekitar 250 ribu."
Melihat hasilnya yang lumayan, teman-teman Mulyadi banyak yang tertarik untuk menjadi penarik andong. Mulyadi pun ingin menambah odong-odongnya. Agar lebih beragam, Mulyadi mengubah model odong-odong. "Bila awalnya membuat mainan kuda-kudaan, saya mulai membuat odong-odong berbentuk mobil-mobilan atau sepeda motor."
Model keretanya pun ikut berubah. Bila awalnya hanya berbentuk kotak sekarang sedikit melengkung. "Ternyata model andong buatan saya disukai banyak orang. Tiga tahun menggeluti usaha ini, saya sudah mengirim andong hampir seluruh Indonesia. Seperti Medan, Lampung, Padang, Palembang, Manado."
0 komentar:
Posting Komentar