Jakarta - Masih banyak kisah polwan yang belum terungkap di media massa. Meski polwan Indonesia baru saja merayakan hari jadinya yang ke-65 pada 1 September 2013 dengan meriah, ada kisah-kisah sedih polwan yang merasa hanya diperhatikan karena penampilannya yang aduhai, bukan karena kompetensinya sebagai polisi.
Sumber Tempo di tubuh Polwan--yang sayangnya menolak disebut namanya--menuturkan bahwa masih banyak pejabat Polri--terutama yang menjadi pimpinan--yang memanfaatkan posisi mereka untuk menekan polwan bawahannya.
"Kalau komandan sudah punya keinginan atau kemauan, hampir tidak mungkin bisa ditolak, meski kalau dipertimbangkan secara akal dan logika sangat tidak masuk akal," ujar sumber ini, akhir Agustus 2013 lalu.
Misalnya saja, ada pejabat kepolisian yang minta polwan bawahannya siaga 24 jam di sampingnya, di mana pun dia berada. "Komandannya cuma bilang: 'Kamu bawahan saya mesti nurut apa kata saya!'" kata si sumber.
"Ada juga komandan yang genit, sering menelepon di malam hari hanya buat ngobrol atau mengajak pergi keluar," sumber ini menambahkan.
Rata-rata para polwan tidak bisa menolak karena takut kariernya terancam. Hanya sedikit yang berani mengadu dan membuat perubahan. Padahal, jika diadukan, ada komandan yang sudah kena sanksi karena meminta polwan anak buahnya melakukan hal di luar urusan kedinasan. "Sayangnya, polwan itu banyak yang anak bawang, jadi takut," katanya.
Selain itu, polwan yang menuruti permintaan atasannya tanpa banyak cingcong biasanya akan dihujani dengan berbagai fasilitas dan kemudahan dari komandannya. "Mereka jadi terjerumus," kata sumber ini.
Ketika dikonfirmasi, Brigjen Basaria Panjaitan, salah satu polwan dengan pangkat tertinggi saat ini, membantah sinyalemen itu. Menurut dia, hal semacam itu lazim terjadi di institusi dan profesi mana pun, tidak hanya polisi. "Di mana-mana juga pasti ada yang seperti itu, sekarang tergantung individunya," kata Basaria.
0 komentar:
Posting Komentar